Seekor Rubah dan Buah Anggur Yang Tak Terjangkau adalah sebuah cerita atau dongeng pendek populer dalam bentuk fabel. Cerita ini pada mulanya dipopulerkan oleh Aesop, seorang penulis Yunani Kuno.
Cerita ini merupakan sindiran bagi orang yang gagal meraih sesuatu, alih-alih mengakui kegagalannya, ia menyatakan bahwa apa yang hendak diraihnya (namun gagal) sebagai sesuatu yang tidak patut untuk diupayakan.
Berikut kisahnya.
Fabel Aesop Tentang Rubah dan Anggur
Hari itu cukup panas. Seekor rubah yang lapar dan haus berjalan kesana-kemari.
Sang rubah masuk ke sebuah kebun dan melihat ada tanaman anggur yang memiliki buah yang lebat.
Sang rubah sangat tertarik dengan buah anggur itu dan ingin memakannya. Mulutnya berair karena menginginkan buah anggur itu.
"Kalau dilihat dari warna buahnya, pasti buah anggur itu ranum dan manis," pikir sang rubah.
Buah anggur itu berada di tempat yang tinggi. Sang rubah berusaha melompat untuk meraihnya.
Lompatan pertama, gagal. Lompatan kedua, gagal. Berkali-kali sang rubah melompat, tetapi tetap gagal.
Sang rubah tidak mampu menggapai buah anggur itu. Ia merasa lelah, lalu ia menyerah.
"Ah, anggur itu pasti rasanya masam. Mengapa aku harus mengambilnya?" gerutu sang rubah.
Sang rubah terus menggerutu sambil menjauh dari kebun itu, "Anggur itu tak layak untukku. Biar saja anggur itu di situ dan dimakan oleh hewan-hewan yang rakus."
Sang rubah pun pergi dengan hati yang masam.
Cerita asli oleh Aesop. Diceritakan kembali oleh Wifqi (www.wifqimedia.com).
Pelajaran Yang Dapat Dipetik dari Fabel Rubah dan Anggur
1. Suatu sindiran kepada orang yang membenci, mengejek, atau meremehkan sesuatu yang tidak mampu diraihnya.
Dalam fabel atau dongeng di atas, sang rubah sebenarnya sangat menginginkan anggur itu, dan berpikir bahwa anggur itu enak dan manis.
Namun, sikapnya berubah saat ia gagal mendapatkan anggur itu. Ia kecewa, lalu mengejek anggur itu sebagai anggur yang masam.
Demikian juga dalam kehidupan nyata.
Ada orang yang suka mengejek, membenci, atau meremehkan sesuatu; bukan karena sesuatu itu tidak bagus, tetapi karena ia kecewa tidak mampu menggapainya.
Ia menginginkan sesuatu itu, bermimpi mendapatkannya, berusaha meraihnya. Tetapi ia gagal. Lalu ia pun membenci sesuatu itu, dan mengatakan bahwa sesuatu itu tidak layak diperoleh dan tidak layak diupayakan.
Contohnya seorang pelajar yang tidak mampu meraih nilai bagus. Lalu ia menyatakan bahwa nilai bagus tidak perlu, karena yang penting adalah setelah lulus nanti ia mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi. Hanya karena ia tidak mampu meraih nilai bagus, ia meremehkan arti penting nilai bagus dalam suatu pembelajaran di sekolah.
2. Dalam kehidupan, kita tidak selalu berhasil. Ada kalanya kita gagal, dan kita perlu berlapang dada menerima kegagalan.
Seperti rubah yang sudah berusaha melompat untuk mendapatkan anggur tetapi gagal meraihnya, begitu pula dalam kehidupan adakalanya kita mengalami kegagalan ketika melakukan sesuatu hal.
Kita sudah berusaha keras, tetapi apa daya tujuan yang hendak kita capai berada di luar jangkauan kita.
Tidak selamanya apa yang kita upayakan akan mendapatkan hasil yang menggembirakan.
Tidak perlu bagi kita untuk menipu diri dengan meremehkan atau membenci apa yang berada di luar jangkauan kita.
Kita perlu berbesar hati dan berlapang dada untuk menerima kenyataan bahwa ada hal-hal yang berada di luar jangkauan kita.
Posting Komentar