LC9gBUg7QN0V3hwrLd8lmNtvyApY7ArMY1rVEPEw

Siapa Penyebab Permasalahan Kita? Sebuah Kisah Bijak

Malam itu, Sang Guru bercerita kepada murid-muridnya tentang pengalaman di masa mudanya, ketika dia masih bekerja di sebuah kantor dan belum mengabdikan waktunya untuk pendidikan.

Sang Guru berkata, “Dulu aku punya seorang teman. Suatu hari kantor kami mengadakan acara di luar kota, semua pegawai ikut. Saat itu aku berada satu kamar dengan temanku itu."

"Saat mengeluarkan isi koper untuk memindah pakaian ke almari, ia tampak kesal dengan baju-bajunya. Ia bilang, kenapa yang dia bawa adalah baju berwarna hijau dan bukan yang berwarna biru, juga kenapa ia membawa kaos yang berwarna hitam padahal sebenarnya ia suka yang merah, dan seterusnya.

"Lalu aku bertanya kepadanya,'Mengapa kau tidak meminta istrimu mempersiapkan baju-baju yang kausuka?’ Lalu kalian tahu apa jawabannya? Dan benar-benar jawabannya membuatku kehilangan kata-kata. Dia berkata, ‘bagaimana bisa, aku sendiri kok yang mempersiapkannya.’”

“Itulah anak-anakku, seringkali kita yang menciptakan permasalahan kita, entah kita sadari atau tidak. Seperti temanku itu, jika ia tidak suka dengan baju-bajunya, ia harusnya menyiapkan baju yang ia suka. Kecuali jika ia memang tidak punya baju lainnya, itu lain cerita. Jika pun istrinya yang menyiapkan baju, bukankah ia bisa meminta kepada istrinya untuk memasukkan hanya baju yang ia suka ke dalam tas kopernya?”

“Bagaimana contohnya dalam kehidupan sehari-hari? Baiklah, engkau tahu kalau berjudi dapat berakibat hilangnya waktu, uang, pertemanan. Tetapi engkau memilih untuk melakukannya daripada melakukan hal lainnya. Maka jangan salahkan siapa-siapa jika engkau kalah dan kehilangan semua uangmu, atau engkau kehilangan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang lebih berguna, atau engkau mungkin menang tetapi temanmu membencimu karena rasa iri akibat kemenanganmu.”

“Contoh lainnya, engkau mempunyai pekerjaan yang seharusnya dilaksanakan saat ini dan engkau memilih mengerjakannya nanti. Maka jangan salahkan apabila pada waktunya engkau merasa pekerjaan itu sangat berat karena dikerjakan mendekati waktu tenggat atau karena ada pekerjaan lain yang harus dikerjakan dalam rentang waktu yang sama.”

Sang Guru menambahkan, "Engkau tahu bahwa dengan belajar yang rajin engkau dapat memperoleh hidup yang gemilang di masa depan. Jangan salahkan kehidupanmu di masa depan jika engkau tidak mau merintisnya sejak sekarang. Engkau sendiri yang memilih menata hidupmu dan kemungkinan itulah yang akan engkau peroleh di masa depan kelak."

"Engkau juga tahu bahwa kehidupan akhirat adalah kekal, dan kehidupan di dunia adalah jalan menuju kepada kekekalan. Engkau harus beramal baik di dunia, melakukan apa yang baik dan menjauhi apa yang buruk. Semua yang engkau tanam di dunia, akan engkau tuai di akhirat kelak. Setitik kebaikan yang engkau lakukan akan diperhitungkan di akhirat, demikian pula dengan setitik keburukan. Semuanya akan ditimbang dalam timbangan yang adil. Maka, janganlah engkau menyalahkan siapa pun jika kelak timbangan kebaikanmu lebih ringan daripada timbangan burukmu. Engkaulah sendiri yang menentukan apa yang akan engkau peroleh di akhirat nanti."

“Menurutku, itulah maknanya, dan pahamilah bahwa sebenarnya engkau bisa melakukan pilihan yang lebih baik bagi dirimu sendiri apabila engkau benar-benar sadar dengan pilihan yang kau lakukan dan sekaligus engkau bersedia untuk melakukannya. Hal itu berlaku untuk semua bidang kehidupanmu. Camkanlah baik-baik hal itu.”

Ditulis oleh Wifqi (www.wifqimedia.com)

Posting Komentar